Thursday, April 3, 2008

Akhirnya........Fuuuhhhhh........

Setelah lama saya cari-cari warnet yang bisa ngebuka blogger, akhirnya dapet juga........ sebenarnya banyak yang ingin aku bagikan, secara khusus adalah moment Pekan Suci kemarin....... pengennya share dengan anda-anda sekalian tetapi karena kendala warnetnya yang nge-blok blooger ini, jadinya saya ndak mood lagi dech.........

Tapi kali ini akan saya bagikan beberapa tulisan-tulisan saya (artikellah...... bisa dibilang begitu) yang sempat atau tidak termuat di salah satu tabloid rohani, berikut beberapa artikel tulisan saya:




Banjir t’lah datang............. Banjir t’lah datang ....................
Ngungsi...... Ngungsi....... Ngungsi.......
April 2007, Sby.


Lirik diatas adalah gubahan dari lagu “libur t’lah tiba” yang dinyanyikan oleh Tasya beberapa tahun silam. Rupanya banjir adalah program 5 tahunan yang mungkin selalu bertamu ke ibu kota Indonesia, Jakarta. Sejak hujan menguyur kota Jakarta pada 3 Februari silam, air mulai mengenangi jalan-jalan protokol dan akibatnya banjir pun tak terelakkan. Banjir kali ini menurut survey adalah banjir yang terbesar dan terluas dibandingkan banjir pada 5 tahun silam. Tahun ini, beberapa wilayah ibu kota yang biasanya tidak tergenang banjir terpaksa harus menerima tamu yang tak diundang tersebut. Banjir mulai meluas dan ditambah lagi mendapat kiriman air dari Depok dan Bogor, tak ayal petugas penjaga pintu air Manggarai pun bingung dan takut harus berbuat apa?

Sudah sekitar 2,5 minggu warga ibu kota terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, memang harta benda tidak sempat diselamatkan tetapi yang penting tidak memakan banyak korban jiwa. Dari berbagai bencana di awal tahun 2007; tentang hilangnya KMP Senopati Nusantara, hilangnya pesawat Adam Air, anjloknya KA Bengawan, tergelincirnya pesawat Adam Air (sehingga terpaksa mendarat di bandara Juanda-Surabaya), angin puting beliung yang memporak-porandakan kota Yogya, Gempa di daerah ambon, Lumpur Lapindo yang belum teratasi sampai sekarang, terbakar dan tenggelamnya KMP Levina I, longsor di lereng Wilis dan banjir yang melanda beberapa kota di Indonesia. Tuhan mau mengatakan apa pada kita??

Lalu, bencana-bencana diatas termasuk banjir Jakarta apakah mempunyai arti tersendiri bagi kita? Itu semua anugerah, atau peringatan dari Tuhan? Dalam perjanjian lama, Tuhan memperingatkan Firaun dengan memberi sepuluh tulah, maksudnya supaya Firaun percaya pada Tuhan lewat tangan Musa tetapi Firaun tetap bebal hatinya, ia tidak mau mengindahkan peringatan Tuhan yang disampaikan Musa, ia tetap tidak percaya dan tidak mau bertobat. Dan pada jaman Nuh, Tuhan memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa karena dosa yang telah manusia perbuat. Tetapi Tuhan mengadakan perjanjian dengan Nuh dan keluarganya, dan inilah janji-Nya "...... Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi” (Kej 9:11) dan inilah tandanya bahwa Tuhan tidak akan mendatangkan air bah “Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.” (Kej 9:13). Jadi, Tuhan tidak akan mengirimkan lagi air bah, maka kurang tepat kalau kita menyebut banjir sebagai air bah! Tuhan senantiasa melindungi dan menyertai kita, Ia ingat dan menepati janji-janji-Nya, seperti yang tertulis pada kitab Yesaya (54:9) “.........Keadaan ini bagi-Ku seperti pada zaman Nuh: seperti Aku telah bersumpah kepadanya bahwa air bah tidak akan meliputi bumi lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan murka terhadap engkau dan tidak akan menghardik engkau lagi”. Banjir juga salah satu anugerah dari Tuhan, kita diberi banyak air yang melimpah dan kita diajak untuk kembali peka dengan lingkungan sekitar, ada banyak hikmah dibalik kejadian ini semua.

Bila kita kaji lebih dalam lagi tentang unsur yang terkandung di dalam air, air mempunyai 2 unsur yang tidak mungkin bisa hilang. Pertama, air yang membersihkan. Biasanya, kita menggunakan air untuk mandi atau mencuci pakaian, air dalam arti luas untuk membersihkan yang kotor menjadi bersih. Dalam pembaptisan kita juga menggunakan air sebagai materia babtis simbol pemurnian diri kita untuk hidup baru dalam Kristus. Kedua, air yang memusnahkan. Contohnya tidak jauh-jauh, bencana Tsunami yang melanda Aceh beberapa tahun silam. Air laut memusnahkan semua yang dilaluinya; tumbuhan, bangunan bahkan manusia. Begitu juga dengan banjir yang melanda Jakarta, air menghancurkan beberapa rumah di daerah sungai Ciliwung dan beberapa tempat yang lain.

Bencana datang dikarenakan ulah manusia sendiri, banjir datang karena perilaku kita yang kurang peduli dengan lingkungan, contohnya membuang sampah sembarangan tanpa rasa bersalah, tidak adanya program penghijauan (lahan hijau) di kota-kota besar, penebangan hutan secara liar karena keserakahan manusia, dan kurangnya perawatan lahan kota (banyaknya bangunan mall/ ruko). Beberapa hal diatas yang memicu bencana-bencana, karena perilaku kita sendiri! Dari bencana banjir itu kita bisa belajar untuk membangun hubungan sosial dengan sesama ciptaan Tuhan, alam juga adalah ciptaan Tuhan. Seperti pada tema APP 2007 regio I “Pemberdayaan kesejatian hidup dalam membangun hubungan sosial”. Bersosialisasi tidak hanya dengan sesama manusia saja tetapi juga dengan alam dan makhluk hidup lain.

Sebagai umat katolik, kita diberi kesempatan untuk mencoba memperbaiki diri, memperbaiki relasi dengan Tuhan dan sesama lewat masa prapaskah yang diawali dengan menerima abu pada Rabu Abu kemarin. Masa prapaskah adalah masa untuk “balik kanan dan maju jalan, tidak hanya jalan ditempat saja”. Maksudnya, dalam masa ini, kita memasuki Retret Agung selama 40 hari untuk kembali melihat diri dan mencoba memperbaikinya, supaya saat paskah nanti kita dapat hidup baru di dalam Kristus lewat wafat dan kebangkitan-Nya dari alam maut. Dalam masa ini juga, kita diajak untuk introspeksi diri, seberapa baik hubungan sosial kita dengan ciptaan Tuhan; baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

Tanggal 5 Nanti kita sudah memasuki Tri Hari Paskah, masa yang ditunggu-tunggu selama kurang lebih 40 hari, yang mana Paskah sebagai puncak perayaan iman katolik-hari kebangkitan Tuhan. Bersama Tuhan yang telah disalibkan di Golgota, kita diajak untuk berani menyalibkan diri (dosa-dosa) kita menjadi manusia baru, manusia yang dapat membangun hubungan sosial dengan baik pada siapapun juga. Paskah dalam bahasa Yunani berarti Tuhan lewat (pesah), mari bersama Kristus kita lewatkan (tinggalkan) perbuatan-perbuatan buruk kita untuk menjadi manusia baru di dalam-Nya. Semoga bencana yang telah terjadi dapat membuat kita sadar akan kekuatan Tuhan, menyadari peringatan-peringatan Tuhan dan mengupayakan untuk hidup baru di dalam Dia karena kita “….. telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia yang diwarisi dari nenek moyang bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (Bdk. I Petrus I:18-19).