Tuesday, March 12, 2019

SELAMAT DATANG 2019

Sudah hampir 11 tahun blog ini tidak dirawat dengan baik, semoga dalam waktu dekat, ada banyak waktu luang sehingga blog ini dapat dirawat dan dikembangkan sehingga bisa beranak pinak.. haha

Selamat datang 2019, terima kasih 2018..


APA ITU KURIA?


Gereja Katolik adalah organisasi yang paling besar di seluruh dunia. Jika orang berbicara tentang lembaga ini, biasanya mereka berpikir tentang Paus. Bapa Suci adalah pemimpin gereja, tetapi sebagian besar pekerjaan administrasi gereja dilakukan oleh Kuria Romawi.
  
Kata Kuria berasal dari dua kata Latin, yaitu: `co' dan `vir' yang diterjemahkan secara harafiah sebagai "manusia bekerjasama." Artinya suatu dewan atau majelis yang beranggotakan orang-orang. Pada jaman Romawi kuno, para kepala keluarga dari berbagai kalangan bertemu untuk membicarakan kerjasama yang saling menguntungkan. Pertemuan itu berkembang dan akhirnya terbentuklah Majelis Romawi. Kata `curiae' juga menunjuk pada tempat di mana kelompok tersebut berkumpul. Dapat juga berarti pengadilan.
  
Gereja Katolik menggunakan istilah Kuria untuk menyebut sistem administrasinya. Kuria Romawi dipimpin oleh Sekretaris Negara Kepausan dan kantornya ada di Roma. Kuria mengawasi serta mengurus sebagian besar karya serta kebutuhan umat Katolik Roma di seluruh dunia. Paus tidak dapat melakukan semua hal tersebut seorang diri saja, oleh karenanya ia melimpahkan tanggung-jawabnya kepada Kuria Romawi. Yang menjabat sebagai Sekretaris Negara Kuria Romawi saat ini adalah Kardinal Angelo Sodano.

sumber : Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya?

APA ITU VICARIS?


Kata 'Vicaris' berasal dari bahasa Latin yang berarti "wakil". Dalam Gereja Katolik, seorang vicaris adalah seseorang yang mewakili seseorang atau jabatan tertentu. Sebagai contoh, seorang Vicaris Jenderal adalah seorang imam yang mewakili uskup jika Bapa Uskup berhalangan hadir di sana. Seorang Vicaris Apostolic adalah wakil Bapa Paus untuk memerintah sebuah keuskupan.

Vicaris yang paling dikenal adalah Bapa Paus. Ia disebut sebagai "Vicaris Kristus di dunia." Artinya ia adalah wakil Kristus yang adalah Tuhan. Bapa Suci berbicara dan menyampaikan nasehat-nasehatnya dengan kuasa Allah. Kuasa seperti itu pertama kali diberikan kepada Santo Petrus.

sumber : 1. Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com; 2. Romo D. Suwadji.CM; Mini Ensiklopedia Katolik
 dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya?

APA ITU CINCIN PENJALA IKAN?


Cincin pada umumnya dikenakan sebagai perhiasan, namun kadang kala cincin dikenakan untuk kepentingan lain. Berabad-abad yang silam hampir semua orang tidak dapat menulis, bahkan menuliskan namanya sendiri. Mereka menggunakan cap pribadi (seperti jika kita menggunakan stempel karet) untuk menandatangani suatu perjanjian. Karena cap tersebut amat berharga, mereka senantiasa membawanya bersama mereka, yaitu dengan mengenakannya sebagai cincin cap. 

Sejak abad ke-13, para paus mengenakan cincin untuk keperluan ini. Pada cincin paus tersebut terdapat gambar seorang penjala ikan yang menggambarkan St. Petrus, paus pertama. Disekeliling cincin dituliskan nama paus yang bertahta. Cincin diberikan kepada Paus pada saat ia diangkat dan dimusnahkan ketika Paus meninggal.
  
Pada jaman modern para paus tidak lagi mengenakan cincin penjala ikan yang asli, melainkan duplikatnya. Sebagian orang menyambut paus dengan mencium cincinnya.

sumber : Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya?

PERNAHKAH ADA SEORANG REMAJA YANG MENJADI PAUS?

Ya, Paus Yohanes XII baru berusia delapan belas tahun ketika ia dinobatkan sebagai Paus. Ia dikenal sebagai "Paus Bocah".

Paus Yohanes XII dilahirkan di Roma pada tahun 937 dalam suatu keluarga yang amat berpengaruh. Ia diberi nama Oktavius. Ayahnya bernama Alberic, seorang penguasa Roma. Alberic memaksa para anggota Majelis Tinggi Roma untuk bersumpah bahwa mereka akan menobatkan anaknya sebagai paus segera setelah wafatnya Paus Agapetus II yang pada waktu itu bertahta.

Paus Yohanes XII dinobatkan sebagai Paus pada tanggal 16 Desember 955. Ia hanya bertahta selama sembilan tahun dan wafat secara misterius.

sumber : Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya?

APA YANG TERJADI JIKA SEORANG PAUS MENINGGAL DUNIA?

Paus Yohanes Paulus II adalah paus yang memegang jabatan paus paling lama di abad ke 20 dan di masa sekarang ini. Kebanyakan dari kalian tentu belum pernah mengalami masa pemerintahan seorang paus yang lain. Kita berdoa agar beliau akan tetap menjadi Paus di banyak tahun mendatang, tetapi pada akhirnya ia akan wafat. Jika demikian, apa yang akan terjadi?

Tidak seorang pun diperbolehkan memotret seorang paus yang sedang menghadapi ajal atau pun merekam kata-kata terakhirnya. Sesudah wafatnya, ia baru boleh dipotret setelah jubah paus dikenakan kepadanya. Ketika telah dikeluarkan pernyataan resmi tentang wafatnya paus, tanggung jawab pemerintahan kepausan sehari-hari dipegang oleh Para Kardinal. Para Kardinal dipimpin oleh Kardinal Camerlengo. Istilah untuk jabatan ini berasal dari bahasa Latin yang artinya "Departemen Keuangan". Pada umumnya Kardinal Camerlengo bertugas melaksanakan kegiatan Vatikan sehari-hari. Ia tidak mempunyai wewenang untuk menetapkan hukum atau ajaran-ajaran baru.

Ritual pemakaman seorang paus berlangsung selama sembilan hari. Ia dimakamkan di bawah Basilika St. Petrus, kecuali jika ia berpesan untuk dimakamkan di tempat lain. Lima belas hingga dua puluh hari setelah pemakaman paus, dilaksanakanlah proses pemilihan seorang paus baru.

Pemilihan paus baru diadakan di antara para Kardinal. Mereka dikurung di suatu tempat dekat Kapel Sistine. Hanya para Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang boleh ikut ambil bagian. Kardinal Camerlengo wajib mengawasi bahwa tidak seorang pun yang dapat berkomunikasi dengan dunia luar. Ia harus menempatkan teknisi-teknisi yang cakap untuk memastikan bahwa tidak ada peralatan audio-visual yang dapat digunakan untuk memata-matai. Tidak ada pula telepon genggam atau mikrofon tersembunyi. Pertemuan itu disebut Conclave (Latin, Conclave).

Pada hari pertama dilakukan satu kali pemungutan suara dan pada hari-hari selanjutnya setiap hari dilakukan empat kali pemungutan suara. Seorang paus yang baru harus dipilih oleh sekurang-kurangnya dua pertiga suara terbanyak dari para kardinal yang hadir. Jika tidak ada suara terbanyak, kartu pemungutan suara dibakar di sebuah perapian kecil. Cerobong asap perapian tersebut terlihat dari alun-alun St. Petrus. Orang banyak biasanya datang untuk melihat. Jika paus baru belum terpilih dari hasil pemungutan suara, ditambahkanlah jerami (atau suatu bahan kimia) pada perapian sehingga asap yang keluar berwarna hitam. Jika seorang paus baru telah terpilih, ditambahkanlah suatu bahan kimia pada perapian sehingga asap yang keluar menjadi berwarna putih. Orang banyak dengan gelisah memandang ke cerobong asap untuk melihat warna asap yang keluar.

Tiga orang Kardinal dipilih oleh kelompok tersebut untuk menjadi Scrutineers (Pengawas). Tugas mereka adalah mengumpulkan kartu pemungutan suara, membukanya dan membacanya dengan keras. Mereka juga bertugas menusuk setiap kartu pemungutan suara dengan jarum dan menjahitnya menjadi satu. Ketika seorang Kardinal memperoleh dua pertiga suara terbanyak, kelompok tersebut meninggalkan kapel. Segera sesudahnya, Kardinal Camerlengo tampil bersama paus yang baru terpilih di balkon Basilika dan mengumumkan, Habemus Papam! Kita mempunyai seorang Paus!

Kita sudah pernah mengalaminya saat Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II meninggal pada pukul 21.20, 3 April 2005. Dan digantikan oleh Paus Benediktus XVI (yang mempersembahkan misa saat pemakaman Bapa Suci Yohanes Paulus II) melalui Konklaf.

sumber : Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya?

BAGAIMANA SEORANG USKUP DIPILIH?

Pada jaman Romawi kuno, para raja membagi kerajaannya ke dalam wilayah-wilayah politik yang disebut "diosis". Diosis (atau Keuskupan) berasal  dari bahasa Yunani yang artinya "pembagian administratif". Seorang gubernur memimpin setiap Diosis. Diosis kemudian dibagi-bagi lagi ke dalam wilayah-wilayah yang disebut provinsi.

Setelah jatuhnya Roma pada tahun 476, Gereja Katolik mengambil alih sistem tersebut. Provinsi kemudian pada akhirnya merupakan kumpulan beberapa diosis.

Dahulu, sebagian besar uskup dipilih langsung oleh umat. Dalam suatu kasus yang amat terkenal, St. Ambrosius dipilih menjadi Uskup Milan, Italia, bahkan sebelum ia dibaptis! Pada waktu itu St. Ambrosius adalah seorang gubernur propinsi yang datang ke tempat pemilihan untuk menjaga ketenangan serta keamanan pemilihan. Seorang anak kecil melihatnya dan mulai berteriak-teriak, "Ambrosius, Uskup; Ambrosius, Uskup." Banyak orang mendukung Ambrosius. St. Ambrosius cepat-cepat dibawa untuk mengikuti segala upacara dari seorang yang belum dibaptis hingga menjadi seorang Uskup hanya dalam waktu delapan hari!

Sejak abad kesebelas, uskup selalu ditunjuk oleh Paus. Tentu saja, Paus mengandalkan pendapat-pendapat provinsi setempat serta berbagai kalangan pejabat Vatikan. Jika seorang uskup mengundurkan diri, dipindah tugaskan atau meninggal, para uskup dalam provinsi berunding bersama untuk mengajukan seorang pengganti. Pemimpin provinsi adalah seorang Uskup Agung. Uskup Agung menemui kelompok uskup tersebut serta memilih seorang calon untuk diajukan sebagai uskup baru. Nama calon tersebut dikirim ke Vatikan. Kecakapan calon atau pun para saingannya tidak pernah dinyatakan secara umum. Paus menentukan pilihan akhir. Vatikan meminta persetujuan calon yang terpilih dan pada akhirnya nama Uskup yang baru tersebut diumumkan.

Kata Uskup berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengawas. Seorang Uskup adalah imam pemimpin, administrator keuangan, serta pemimpin dari sebuah diosis/ keuskupan atau keuskupan agung. Lebih dari segalanya, uskup wajib menjadi imam segala imam.

sumber : Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya?

APA BEDA IMAM, DIOSESAN DAN IMAM RELIGIUS ?

APA BEDA IMAM, DIOSESAN DAN IMAM RELIGIUS ?

Pertama-tama, semua imam adalah orang-orang yang dipanggil secara khusus oleh Tuhan untuk melayani umat-Nya. Karya kerasulan mereka meliputi khotbah/ ceramah, pelayanan Sakramen dan sebagai gembala umat.

Para imam diosesan adalah para imam yang tergabung dalam suatu wilayah geografis yang disebut keuskupan. Para imam diosesan berada di bawah kepemimpinan seorang uskup. Mereka ditahbiskan untuk melayani umat dalam wilayah keuskupan, biasanya mereka ditempatkan di suatu daerah tertentu yang disebut paroki. Bekerjasama dengan Bapa Uskup, para imam diosesan melayani kebutuhan rohani umat dan mewartakan Injil di wilayah tersebut.



Para imam religius, yang adalah anggota suatu komunitas religius, melaksanakan pelayanan imamat mereka sesuai dengan SPIRITUALITAS dan MISI komunitas religius mereka. Contoh komunitas religius adalah Serikat Sabda Allah (SVD) dan Passionis (CP). Para imam religius terikat pada kelompok religius mereka oleh kaul yang mereka ucapkan. Karya pelayanan mereka adalah seluas misi komunitas religius. Mereka dapat berkarya di wilayah sini atau sana; mereka dapat ditugaskan di manapun sesuai yang ditetapkan pimpinan biara bagi mereka. Jadi, para imam religius tidak terikat oleh wilayah tertentu. Di manapun mereka berkarya, para imam religius melaksanakan pelayanan imamat mereka sesuai spiritualitas dan misi komunitas religius mereka. Passionis didirikan oleh St. Paulus dari Salib untuk senantiasa menghidupkan kenangan akan Sengsara dan Wafat Kristus. Serikat Sabda Allah (SVD) didirikan oleh St. Arnoldus Janssen untuk dengan semangat kasih kepada Allah Tritunggal mewartakan Sabda Allah. Baik para imam Passionis maupun SVD melaksanakan karya kerasulan mereka dengan berbagai macam cara dan di berbagai macam negara di segenap penjuru dunia.


APA ITU ORDO RELIGIUS? Kebanyakan dari kita lebih suka jadi orang yang mandiri. Kita tidak suka orang lain mengatakan kepada kita apa-apa yang harus kita lakukan. Kebebasan memang menyenangkan, tetapi juga harus dibayar mahal. Beberapa keputusan yang kita buat membawa dampak yang buruk. Biasanya dampak tersebut tidak terjadi seketika itu juga, namun lambat-laun dampak tersebut akan mendatangkan masalah yang serius bagi kita.



Kebanyakan, masalah diakibatkan oleh ketamakan dan sikap terlalu mementingkan diri sendiri. Oleh sebab itulah sebagian orang memutuskan untuk mencari cara hidup yang lebih baik. Mereka menggabungkan diri dalam suatu komunitas, yaitu sekelompok orang yang saling berbagi apa yang mereka miliki. Mereka menyerahkan segala harta milik mereka masing-masing dan menjadikannya milik bersama. Komunitas yang paling baik adalah kelompok orang yang bergabung bersama berdasarkan iman kepada Tuhan. Biasanya mereka tinggal bersama. Komunitas seperti ini disebut Ordo Religius. Anggota Ordo tidak hanya berbagi harta milik saja, tetapi mereka juga saling menolong agar masing-masing anggota dapat menjalin hubungan yang lebih akrab dengan Tuhan. Hal demikian itu disebut Spiritualitas atau rohaniah. Mereka mengatur segala sesuatu dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan tujuan rohani. Ordo-ordo religius adalah tanda hidup yang mengingatkan kita bahwa ada banyak hal yang lebih penting dari hanya sekedar hidup. Hidup itu suatu perjalanan, bukan tujuan.



sumber : Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya?

PANGGILAN MENJADI “TERANG”

PANGGILAN MENJADI “TERANG”
April 2008, Sby

Bapa Suci Paus Benedictus XVI pada hari minggu panggilan telah memilih tema yang ditawarkan pada kita, yakni “panggilan melayani misi gereja”. Dalam pesan tersebut Bapa Paus menjabarkan bagaimana kisah para murid yang diutus oleh Tuhan Yesus untuk menjadi pewarta, mewartakan Yesus Kristus yang tersalib. Dalam konteks sekarang, menjadi pewarta gampang-gampang susah, ada yang mudah bicara tetapi sulit melakukan ataupun mudah melakukan (pewartaan) tetapi sulit mengungkapkan dengan kata-kata.

Di jaman yang serba rumit dan kompleks ini, menjadi pewarta bukan berarti membacakan Injil keras-keras ditengah jalan yang ramai supaya dilihat orang, tetapi dengan cara yang ditawarkan oleh Yesus Kristus sendiri, yaitu “demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (bdk. Mat 5: 16). Terang yang dimaksudkan adalah bagaimana perbuatan kita menjadi contoh, teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Panggilan dalam konteks ini kita khususkan sebagai pilihan hidup, panggilan untuk menjadi apa saja sesuai dengan keinginan kita, pilihan dari dalam hati, yang mungkin salah satu jalan untuk menjadi terang yang dimaksud. Dalam panggilan ada misteri yang tersimpan, seperti panggilan untuk menjadi rohaniwan/ wati, ada proses tertentu yang menggugah hati dan rasa untuk menentukan pilihan hidup yang nantinya akan dijalani seumur hidup. Demikian pula seperti panggilan menjadi seorang guru, polisi, dokter, pilot, dan bahkan menjadi pemain sepak bola, bulu tangkis, basket, penulis, novelis atau kartunis, itulah panggilan yang dimaksudkan sebagai sebuah pilihan/ jalan hidup.

Panggilan tidak terbatas dalam hal yang rohani saja, seperti penjelasan di atas, panggilan itu punya “rasa” (taste) tersendiri sehingga muncul perasaan untuk benar-benar memilih jalan tersebut. Seperti halnya saat ada doa-doa/ pendalaman iman di lingkungan/ wilayah masing-masing. Ada yang terpanggil untuk tekun menghadiri pertemuan-pertemuan tersebut, ada pula yang memilih untuk tidak hadir.

Doa-doa semacam itu memang undangan, bisa datang, bisa tidak. Tetapi apa yang membuat beberapa umat datang dan berdoa bersama? Apa karena sungkan dengan tuan rumah, yang sudah kenal dekat? Atau karena ini suatu kebutuhan supaya iman semakin tumbuh dan berkembang? Jawaban yang muncul bisa bermacam-macam, tetapi satu yang pasti, dalam undangan semacam itu, yang mengundang adalah Yesus sendiri, bukan semata-mata pengurus wilayah atau lingkungan. Kita merasa terpanggil untuk datang dalam kegiatan-kegiatan tersebut adalah salah satu jalan kalau kita hendak menjadi terang, mewartakan Yesus dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan.

Menjadi terang berarti bisa dan mampu menjadi contoh/ teladan ditengah dunia saat ini karena Dia mengutus kita seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (bdk. Mat 10:16).

Tugas pelayanan untuk melayani misi gereja adalah suatu panggilan tersendiri bagi kita semua di minggu panggilan ini, bersama-sama berusaha untuk hidup baru, menuju ke habitus/ kebiasaan baru. Habitus baru yang bagaimana? Dalam masa prapaskah yang lalu, kita “ditawari” dengan sebuah tema tentang lingkungan hidup yang difokuskan pada sampah, mengubah tulah menjadi berkah. Semoga tema yang “menantang” itu dapat terus dihidupi meski masa prapaskah sudah lewat. Dikatakan “menantang” adalah karena ini (tema APP 2008) menyangkut tentang “kebiasaan dan menjadi terang”.

Sebuah kebiasaan yang agak sulit “dibaharui” oleh kita, sebagai orang minoritas. Ini adalah tantangan bagi kita semua, dan mungkin tidak terbatas kalangan katolik saja, untuk menjadi terang dalam melakukan perkara yang kecil, semisal, dengan tidak membuang sampah disembarang tempat, memilah-milah sampah (organik/ plastik/ non organik) dan dibuang di tempat sampah yang telah ditentukan, mengurangi penggunaan plastik dan jika memungkinkan ada satu program untuk mendaur ulang sampah. Wacana yang berat untuk dijalankan dalam konteks dunia sekarang, penggerak ada tetapi peminat tidak berimbang. Kalau demikian, salah satu tawaran menjadi “terang” dalam hal yang kecil ini hanya bisa sekedar menjadi wacana tahunan yang tiap tahun berganti tema.
Buah Paskah yang dapat dibagikan adalah bagaimana kita menjadi terang bagi semua orang, terang yang mampu menerangi kegelapan, menjadi harapan bagi yang putus asa, menjadi penolong bagi yang membutuhkan, menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai hal positif untuk dilakukan. Salah satu hal yang ditawarkan adalah bagaimana kita bisa mulai membiasakan diri untuk mengubah “sampah” menjadi berkah, bukan menjadi ancaman global yang menyumbat aliran sungai ataupun sarang penyakit. Niat baik kita kiranya disambut baik oleh banyak orang, sehingga karya nyata akan tampak dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tema atau slogan saja. Alleluya!!!!!

ADVEN DAN RELEVANSINYA DENGAN GLOBAL WARMING

ADVEN DAN RELEVANSINYA DENGAN GLOBAL WARMING
November 2007, Sby



Advent
Sebentar lagi kita sebagai umat katolik akan memasuki masa advent, masa dimana kita diajak untuk menanti kelahiran Yesus Kristusa dalam peristiwa Natal dan juga menantikan kedatangan Yesus yang kedua kalinya, dalam arti ini menantikan hari akhir. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa masa advent ini adalah masa awal tahun liturgi gereja (tahun baru liturgi gereja katolik), yang mana ada 4 minggu dan ditandai dengan roda/ corona Advent yang dihiasi dengan daun cemara dan diatasnya diletakkan 4 lilin lambang kehadiran Sang Terang.

Global Warming (Pemanasan Global)
Beberapa minggu belakangan ini banyak media massa yang memberi liputan tentang Global Warming atau pemanasan global. Apa sich Global warming itu? Sehingga banyak orang di dunia ini merasa sangat penting utuk dibahas. Perlu kita ketahui bahwa Global Warming (GW, Red) adalah suatu peristiwa dimana suhu bumi menjadi lebih panas dari biasanya dan menyebabkan kekacauan fenomena alam di Bumi. Coba saja kita bandingkan cuaca pada saat ini dengan 5-8 tahun yang lalu, dulu musim penghujan ataupun musim kemarau dapat diprediksikan dalam hitungan bulan, sedangkan sekarang hal itu tidak bisa diprediksikan, kecenderungan musim kemarau terasa lebih lama dan panas sinar matahari sangat menyengat kulit. Selain itu panasnya suhu bumi yang meningkat tajam ini menyebabkan beberapa hutan di Saradan, Madiun dan Kalimantan mengalami kebakaran karena titik api semakin banyak dan sulit dipadamkan.

Peningkatan suhu ini diakibatkan oleh “efek rumah kaca”, maksudnya panas sinar matahari tertahan oleh gas karbon monoksida yang melingkari bumi ini. Alhasil, sinar matahari yang harusnya keluar dari bumi ini tertahan oleh gas-gas tersebut dan kembali lagi ke bumi yang menyebabkan meningkatnya suhu di bumi. 

Peningkatan suhu inilah yang menyebabkan kekacauan alam seperti yang sering kita jumpai dalam media masaa, misalnya banjir besar di India dan Cina, badai Katrina yang terjadi pada 29 Agustus 2005 di AS, penguapan tanah yang menyebabkan tanah retak, dan yang paling fatal adalah melelehnya es di kutub, hal tersebut cukup berbahaya karena akan banyak pulau-pulau kecil yang tenggelam. Dalam film dokumenter “Al Gore: An Inconvenient Truth” penasehat Tony Blair, Perdana Mentri Inggris mengatakan seluruh dunia akan tenggelam jika Greenland atau ½ Antartika barat mencair, akibatnya Florida, San Fransisco, Belanda, Beijing, Shanghai, Calcuta, New Orleans, dan gedung (bekas) WTC akan berada di bawah air, beberapa pulau kecil akan tenggelam. Hal tersebut karena dampak dari GW yang sudah stadium empat/ akhir.

Relevansi
Advent adalah masa dimana kita menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus untuk kedua kalinya, kapan itu??? Saat-saat yang tidak bisa diprediksikan, tetapi Tuhan sendiri mengajak kita untuk dapat melihat tanda-tanda jaman, bagaimana kita menyikapi hal tersebut. Dalam peristiwa GW ini manusia disibukkan untuk mencoba mengembalikan keadaan alam yang dulunya indah, tenang, damai, air yang jernih, cuaca dan suhu yang sejuk, serta bersihnya udara dari polusi.

Dalam peziarahan di dunia ini kita hanya diberi tenggat waktu 70 tahun dan 80 jika kuat (Mzm 90: 10a), dalam masa waktu itu kita diberi mandat oleh Tuhan untuk memenuhi bumi dan menaklukkan itu, berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi (Kej 1: 28b) kiranya tugas dari Tuhan ini tidak disalah artikan untuk merusak alam dan menguasai sumber daya alam yang tersimpan dengan serakah. Maksud Tuhan memberikan mandat itu adalah semata-mata untuk menjaga kelangsungan hidup semua makhluk yang ada di bumi ini, supaya kehidupan di bumi ini tercipta suasana seperti yang digambarkan oleh Nabi Yesaya (11: 6-9), menciptakan suasana yang asri, nyaman dengan memanfaatkan dan memelihara lingkungan hidup.

Munculnya issu GW ini adalah karena ulah manusia sendiri, yang maunya menang sendiri dalam mengeruk sumber daya alam secara berlebihan. Apa yang mesti kita lakukan??? Kita harus punya keinginan untuk berubah, kita buat perubahan besar bagi dunia dengan melakukan hal-hal kecil di sekitar kita. Gereja Katolik Indonesia juga peduli dengan keadaan ini, dalam nota pastoral KWI 2004 salah satunya berisi tentang “kepedulian terhadap lingkungan”, KWI berharap agar seluruh umat katolik di Indonesia membantu kelestarian lingkungan hidup. Apalagi visi paroki ini untuk menjadikan Gereja yang ramah lingkungan, bukan hanya semata berhubungan dengan alam saja, melainkan juga dengan masyarakat sekitar.

Beberapa hal kecil yang perlu kita lakukan adalah dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat/ selokan, membuat penghijauan ditaman rumah supaya udara menjadi lebih sejuk dan segar, mengurangi penggunaan AC yang notabene penyumbang gas pembuat “efek rumah kaca” terbesar, dan beberapa hal lain yang ada disekitar kita.

Ulasan ini bukan untuk menggurui tetapi untuk memberi ulasan-ulasan mengenai issu yang mulai memanas, dan ini memang sudah bukan issu lagi melainkan keprihatinan dunia, terlebih hal tersebut dilontarkan oleh Mr. Al Gore, salah satu kandidat calon presiden AS yang kemudian kalah suara dari presiden Bush sekarang. Bila tidak ada perubahan mendasar, seperti yang dipresentasikannya, tidak bisa disangkal lagi kalau ½ dari antartika barat akan mencair dan hal tersebut berbahaya bagi beberapa kota dan pulau yang tersebut di atas tadi. Maka dari itu, mulai sekarang, secara khusus dalam masa advent ini kita menyiapkan hati yang baru untuk menyambut kedatangan Tuhan, baik dalam perayaan Natal atau dalam menunggu kedatangan-Nya yang kedua, entah kapan itu....... menyiapkan hati yang baru juga bisa berarti kita mempunyai kebiasaan baru yang dapat mendukung nota pastoral KWI 2004 tentang melestarikan lingkungan hidup. Semoga kita semua mempunyai niat baik supaya keberadaan kita di bumi ini tetap hidup tanpa ada ancaman akan tenggelam.

SEMINARIS BOLEH MEMBAWA HP DI SEMINARI???????


SEMINARIS BOLEH MEMBAWA HP DI SEMINARI???????
Mei 2007, Sby




Seminari Menengah St. Vincentius A Paulo yang bertempat di Garum, Blitar adalah satu-satunya Seminari Menengah milik Keuskupan Surabaya. Seminari adalah tempat dimana benih-benih panggilan menjadi Imam akan tumbuh, adapun profil seminaris (sebutan bagi siswa yang sekolah di seminari) yang diharapkan adalah menjadi pribadi-pribadi yang dewasa integral, yang memahami jati diri panggilannya beserta konsekuensinya, dalam suasana berahmat (selamat) sejak masa mudanya dan seterusnya. Pribadi-pribadi yang demikian itu adalah pribadi-pribadi yang matang kemanusiaannya, kekristianiannya, intelektualnya, kesiapsediaannya menanggapi panggilan hidupnya dan semangat merasulnya. (Hasil Lokakarya Staf Pembimbing Seminari Garum, 25-27 Juni 2001).

Sebagai satu-satunya Seminari Menengah milik Keuskupan sendiri, sudah layak dan sepantasnya kalau kita memberi perhatian yang lebih pada Seminari Garum (Se-Gar) ini. Dalam perkembangan 3 tahun terakhir (2004) jumlah seminaris terus menurun sampai tahun ini, ada apa dengan ini? Apa karena tidak sesuai lagi dengan semangat kaum muda jaman ini, yang seiring sejalan dengan perkembangan teknologi dan bermacam-macam trend? Atau karena di dalam seminari, yang juga merupakan asrama ini, tidak boleh membawa HP? Apa karena semangat kesederhanaan sudah tidak diminati oleh kaum muda di jaman globalisasi sekarang? Atau sosialisasi yang kurang tentang Se-Gar belum tersebar secara menyeluruh?

Bila kita kaji lagi, profil seminaris (lulusan) yang diharapkan adalah menjadi pribadi yang integral (utuh), belajar peduli dengan siapa dan apapun, belajar menghargai orang lain, dan dapat membangun sikap hidup sederhana karena Tuhan mencintai orang yang berhati sederhana, polos, jujur (Bdk. ‘Cum simplicibus sermocinatio eius’ (Ams. 3:32) (= Allah bergaul erat dengan orang jujur) - ‘Confiteor tibi, Pater, quia abscondisti haec a sapientibus et prudentibus et revelasti ea parvulis’ (Mt. 11:25), dan dalam Mazmur (116:6) dikatakan bahwa TUHAN memelihara orang-orang sederhana). Maka, kurang tepatlah kalau seminaris boleh membawa HP di dalam komunitas (seminari) karena itu tidak mencerminkan sikap hidup sederhana, apa adanya. Ada beberapa hal mengapa tidak diperbolehkan membawa HP. Pertama, karena tidak semua seminaris berasal dari keluarga yang mampu sehingga nanti muncul kesenjangan sosial, ada rasa iri hati atau minder. Kedua, dengan membawa HP membuat tidak fokus ke tugasnya sebagai seminaris, yakni belajar dan mengolah hidup panggilan, karena tiap harinya hanya berpikir untuk bermain HP atau sekedar ngirim-ngirim SMS. Ketiga, seminaris mempunyai waktu-waktu khusus untuk berinteraksi dengan orang tua atau teman-teman di luar seminari lewat jam bebas luar (jam dimana seminaris boleh keluar area seminari yang sifatnya rekreatif, biasanya hari sabtu (14.00-16.30) dan minggu (10.00-13.00) atau hari lain yang jadwalnya sudah diatur oleh staf formator) maka tidak tepat kalau ada yang membawa HP, apapun alasannya. Sanksi yang dikenakan terhitung sebagai sanksi sangat berat.

Seminaris sebagai calon imam tidak ketinggalan jaman seperti pandangan banyak orang, di dalam seminari juga masih dapat mengikuti trend yang ada di luar. Musik-musiknya up to date, film-film yang diputar di bioskop pun dapat dinikmati di seminari. Sarana komputer juga mendukung kegiatan seminaris dalam kefungsionarisan, dan salah bila Se-Gar hanya dilihat dari luarnya saja; sederhana, polos, ndheso, kathrok atau istilahnya, don’t judge the book from the cover, tapi coba lihat ke dalam dan nikmati suasana kebersamaannya. Semua teknologi tersebut merupakan sarana untuk mendukung seminaris supaya melakukan tugasnya dengan baik dan tetap memelihara sikap hidup sederhana. Trend sikap hidup sederhana (termasuk jujur) kapanpun dan dimanapun masih diperlukan, Yesus sendiri mengajak kita untuk menjadi sederhana, polos seperti seorang anak kecil.

Di sisi lain supaya jumlah seminaris bertambah banyak adalah dengan adanya publikasi/ sosialisasi (bisa berupa poster atau brosur). Banyak kaum muda katolik yang kurang tahu kapan dibukanya pendaftaran untuk menjadi Seminaris, dan kepada siapa akan bertanya. Dari sini perlunya publikasi/ sosialisasi pada umat bahwa untuk lebih lanjutnya silahkan bertanya ke pastor paroki masing-masing, selain itu perlu juga ditanamkan bahwa seminari adalah sekolah khusus untuk (siswa) cowok katolik yang berkeinginan untuk menjadi pemimpin, pemimpin ini tak lain adalah pemimpin Gereja, meskipun kenyataannya tidak semua seminaris menjadi Imam nantinya.

Masuk menjadi seminaris adalah merupakan panggilan dari pilihan hidup untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik, kaum muda sedikit yang memilih masuk seminari karena hanya dilihat dari satu sisi saja, sedangkan ada banyak sisi lain yang lebih menarik dengan masuk menjadi seminaris. 2000 tahun yang lalu Yesus berkata pada para murid “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Bdk. Mat 9:37-38). Di jaman ini tuaian semakin banyak; orang-orang lelah, miskin, terlantar, orang-orang patah semangat, butuh sahabat. Di jaman ini pula semakin banyak orang merindukan damai dan cerahnya masa depan, semakin banyak orang yang membutuhkan uluran tangan. Kata-kata Yesus ini masih tetap berkumandang menanti para pekerja bagi tuaian di masa depan, kata-kata ini setiap saat menantikan jawaban. Kata-kata inilah yang akan menggerakkan kaum muda untuk mau dan berani bekerja di ladang-Nya, Seminari Garum adalah salah satu tempat pembinaannya (selain novisiat/ postulat). Masih adakah kaum muda, para remaja yang tergerak hatinya untuk menjawab panggilan Yesus bekerja di ladang tuaian-Nya? Tidak tergerakkah anda untuk mengikutinya????
Teman-teman “Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN?”
(I Samuel 15:19)