Tuesday, March 12, 2019

APA YANG TERJADI JIKA SEORANG PAUS MENINGGAL DUNIA?

Paus Yohanes Paulus II adalah paus yang memegang jabatan paus paling lama di abad ke 20 dan di masa sekarang ini. Kebanyakan dari kalian tentu belum pernah mengalami masa pemerintahan seorang paus yang lain. Kita berdoa agar beliau akan tetap menjadi Paus di banyak tahun mendatang, tetapi pada akhirnya ia akan wafat. Jika demikian, apa yang akan terjadi?

Tidak seorang pun diperbolehkan memotret seorang paus yang sedang menghadapi ajal atau pun merekam kata-kata terakhirnya. Sesudah wafatnya, ia baru boleh dipotret setelah jubah paus dikenakan kepadanya. Ketika telah dikeluarkan pernyataan resmi tentang wafatnya paus, tanggung jawab pemerintahan kepausan sehari-hari dipegang oleh Para Kardinal. Para Kardinal dipimpin oleh Kardinal Camerlengo. Istilah untuk jabatan ini berasal dari bahasa Latin yang artinya "Departemen Keuangan". Pada umumnya Kardinal Camerlengo bertugas melaksanakan kegiatan Vatikan sehari-hari. Ia tidak mempunyai wewenang untuk menetapkan hukum atau ajaran-ajaran baru.

Ritual pemakaman seorang paus berlangsung selama sembilan hari. Ia dimakamkan di bawah Basilika St. Petrus, kecuali jika ia berpesan untuk dimakamkan di tempat lain. Lima belas hingga dua puluh hari setelah pemakaman paus, dilaksanakanlah proses pemilihan seorang paus baru.

Pemilihan paus baru diadakan di antara para Kardinal. Mereka dikurung di suatu tempat dekat Kapel Sistine. Hanya para Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang boleh ikut ambil bagian. Kardinal Camerlengo wajib mengawasi bahwa tidak seorang pun yang dapat berkomunikasi dengan dunia luar. Ia harus menempatkan teknisi-teknisi yang cakap untuk memastikan bahwa tidak ada peralatan audio-visual yang dapat digunakan untuk memata-matai. Tidak ada pula telepon genggam atau mikrofon tersembunyi. Pertemuan itu disebut Conclave (Latin, Conclave).

Pada hari pertama dilakukan satu kali pemungutan suara dan pada hari-hari selanjutnya setiap hari dilakukan empat kali pemungutan suara. Seorang paus yang baru harus dipilih oleh sekurang-kurangnya dua pertiga suara terbanyak dari para kardinal yang hadir. Jika tidak ada suara terbanyak, kartu pemungutan suara dibakar di sebuah perapian kecil. Cerobong asap perapian tersebut terlihat dari alun-alun St. Petrus. Orang banyak biasanya datang untuk melihat. Jika paus baru belum terpilih dari hasil pemungutan suara, ditambahkanlah jerami (atau suatu bahan kimia) pada perapian sehingga asap yang keluar berwarna hitam. Jika seorang paus baru telah terpilih, ditambahkanlah suatu bahan kimia pada perapian sehingga asap yang keluar menjadi berwarna putih. Orang banyak dengan gelisah memandang ke cerobong asap untuk melihat warna asap yang keluar.

Tiga orang Kardinal dipilih oleh kelompok tersebut untuk menjadi Scrutineers (Pengawas). Tugas mereka adalah mengumpulkan kartu pemungutan suara, membukanya dan membacanya dengan keras. Mereka juga bertugas menusuk setiap kartu pemungutan suara dengan jarum dan menjahitnya menjadi satu. Ketika seorang Kardinal memperoleh dua pertiga suara terbanyak, kelompok tersebut meninggalkan kapel. Segera sesudahnya, Kardinal Camerlengo tampil bersama paus yang baru terpilih di balkon Basilika dan mengumumkan, Habemus Papam! Kita mempunyai seorang Paus!

Kita sudah pernah mengalaminya saat Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II meninggal pada pukul 21.20, 3 April 2005. Dan digantikan oleh Paus Benediktus XVI (yang mempersembahkan misa saat pemakaman Bapa Suci Yohanes Paulus II) melalui Konklaf.

sumber : Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya?

No comments: