Tuesday, March 12, 2019

PANGGILAN MENJADI “TERANG”

PANGGILAN MENJADI “TERANG”
April 2008, Sby

Bapa Suci Paus Benedictus XVI pada hari minggu panggilan telah memilih tema yang ditawarkan pada kita, yakni “panggilan melayani misi gereja”. Dalam pesan tersebut Bapa Paus menjabarkan bagaimana kisah para murid yang diutus oleh Tuhan Yesus untuk menjadi pewarta, mewartakan Yesus Kristus yang tersalib. Dalam konteks sekarang, menjadi pewarta gampang-gampang susah, ada yang mudah bicara tetapi sulit melakukan ataupun mudah melakukan (pewartaan) tetapi sulit mengungkapkan dengan kata-kata.

Di jaman yang serba rumit dan kompleks ini, menjadi pewarta bukan berarti membacakan Injil keras-keras ditengah jalan yang ramai supaya dilihat orang, tetapi dengan cara yang ditawarkan oleh Yesus Kristus sendiri, yaitu “demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (bdk. Mat 5: 16). Terang yang dimaksudkan adalah bagaimana perbuatan kita menjadi contoh, teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Panggilan dalam konteks ini kita khususkan sebagai pilihan hidup, panggilan untuk menjadi apa saja sesuai dengan keinginan kita, pilihan dari dalam hati, yang mungkin salah satu jalan untuk menjadi terang yang dimaksud. Dalam panggilan ada misteri yang tersimpan, seperti panggilan untuk menjadi rohaniwan/ wati, ada proses tertentu yang menggugah hati dan rasa untuk menentukan pilihan hidup yang nantinya akan dijalani seumur hidup. Demikian pula seperti panggilan menjadi seorang guru, polisi, dokter, pilot, dan bahkan menjadi pemain sepak bola, bulu tangkis, basket, penulis, novelis atau kartunis, itulah panggilan yang dimaksudkan sebagai sebuah pilihan/ jalan hidup.

Panggilan tidak terbatas dalam hal yang rohani saja, seperti penjelasan di atas, panggilan itu punya “rasa” (taste) tersendiri sehingga muncul perasaan untuk benar-benar memilih jalan tersebut. Seperti halnya saat ada doa-doa/ pendalaman iman di lingkungan/ wilayah masing-masing. Ada yang terpanggil untuk tekun menghadiri pertemuan-pertemuan tersebut, ada pula yang memilih untuk tidak hadir.

Doa-doa semacam itu memang undangan, bisa datang, bisa tidak. Tetapi apa yang membuat beberapa umat datang dan berdoa bersama? Apa karena sungkan dengan tuan rumah, yang sudah kenal dekat? Atau karena ini suatu kebutuhan supaya iman semakin tumbuh dan berkembang? Jawaban yang muncul bisa bermacam-macam, tetapi satu yang pasti, dalam undangan semacam itu, yang mengundang adalah Yesus sendiri, bukan semata-mata pengurus wilayah atau lingkungan. Kita merasa terpanggil untuk datang dalam kegiatan-kegiatan tersebut adalah salah satu jalan kalau kita hendak menjadi terang, mewartakan Yesus dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan.

Menjadi terang berarti bisa dan mampu menjadi contoh/ teladan ditengah dunia saat ini karena Dia mengutus kita seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati (bdk. Mat 10:16).

Tugas pelayanan untuk melayani misi gereja adalah suatu panggilan tersendiri bagi kita semua di minggu panggilan ini, bersama-sama berusaha untuk hidup baru, menuju ke habitus/ kebiasaan baru. Habitus baru yang bagaimana? Dalam masa prapaskah yang lalu, kita “ditawari” dengan sebuah tema tentang lingkungan hidup yang difokuskan pada sampah, mengubah tulah menjadi berkah. Semoga tema yang “menantang” itu dapat terus dihidupi meski masa prapaskah sudah lewat. Dikatakan “menantang” adalah karena ini (tema APP 2008) menyangkut tentang “kebiasaan dan menjadi terang”.

Sebuah kebiasaan yang agak sulit “dibaharui” oleh kita, sebagai orang minoritas. Ini adalah tantangan bagi kita semua, dan mungkin tidak terbatas kalangan katolik saja, untuk menjadi terang dalam melakukan perkara yang kecil, semisal, dengan tidak membuang sampah disembarang tempat, memilah-milah sampah (organik/ plastik/ non organik) dan dibuang di tempat sampah yang telah ditentukan, mengurangi penggunaan plastik dan jika memungkinkan ada satu program untuk mendaur ulang sampah. Wacana yang berat untuk dijalankan dalam konteks dunia sekarang, penggerak ada tetapi peminat tidak berimbang. Kalau demikian, salah satu tawaran menjadi “terang” dalam hal yang kecil ini hanya bisa sekedar menjadi wacana tahunan yang tiap tahun berganti tema.
Buah Paskah yang dapat dibagikan adalah bagaimana kita menjadi terang bagi semua orang, terang yang mampu menerangi kegelapan, menjadi harapan bagi yang putus asa, menjadi penolong bagi yang membutuhkan, menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai hal positif untuk dilakukan. Salah satu hal yang ditawarkan adalah bagaimana kita bisa mulai membiasakan diri untuk mengubah “sampah” menjadi berkah, bukan menjadi ancaman global yang menyumbat aliran sungai ataupun sarang penyakit. Niat baik kita kiranya disambut baik oleh banyak orang, sehingga karya nyata akan tampak dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tema atau slogan saja. Alleluya!!!!!

No comments: