Tuesday, March 12, 2019

SEMINARIS BOLEH MEMBAWA HP DI SEMINARI???????


SEMINARIS BOLEH MEMBAWA HP DI SEMINARI???????
Mei 2007, Sby




Seminari Menengah St. Vincentius A Paulo yang bertempat di Garum, Blitar adalah satu-satunya Seminari Menengah milik Keuskupan Surabaya. Seminari adalah tempat dimana benih-benih panggilan menjadi Imam akan tumbuh, adapun profil seminaris (sebutan bagi siswa yang sekolah di seminari) yang diharapkan adalah menjadi pribadi-pribadi yang dewasa integral, yang memahami jati diri panggilannya beserta konsekuensinya, dalam suasana berahmat (selamat) sejak masa mudanya dan seterusnya. Pribadi-pribadi yang demikian itu adalah pribadi-pribadi yang matang kemanusiaannya, kekristianiannya, intelektualnya, kesiapsediaannya menanggapi panggilan hidupnya dan semangat merasulnya. (Hasil Lokakarya Staf Pembimbing Seminari Garum, 25-27 Juni 2001).

Sebagai satu-satunya Seminari Menengah milik Keuskupan sendiri, sudah layak dan sepantasnya kalau kita memberi perhatian yang lebih pada Seminari Garum (Se-Gar) ini. Dalam perkembangan 3 tahun terakhir (2004) jumlah seminaris terus menurun sampai tahun ini, ada apa dengan ini? Apa karena tidak sesuai lagi dengan semangat kaum muda jaman ini, yang seiring sejalan dengan perkembangan teknologi dan bermacam-macam trend? Atau karena di dalam seminari, yang juga merupakan asrama ini, tidak boleh membawa HP? Apa karena semangat kesederhanaan sudah tidak diminati oleh kaum muda di jaman globalisasi sekarang? Atau sosialisasi yang kurang tentang Se-Gar belum tersebar secara menyeluruh?

Bila kita kaji lagi, profil seminaris (lulusan) yang diharapkan adalah menjadi pribadi yang integral (utuh), belajar peduli dengan siapa dan apapun, belajar menghargai orang lain, dan dapat membangun sikap hidup sederhana karena Tuhan mencintai orang yang berhati sederhana, polos, jujur (Bdk. ‘Cum simplicibus sermocinatio eius’ (Ams. 3:32) (= Allah bergaul erat dengan orang jujur) - ‘Confiteor tibi, Pater, quia abscondisti haec a sapientibus et prudentibus et revelasti ea parvulis’ (Mt. 11:25), dan dalam Mazmur (116:6) dikatakan bahwa TUHAN memelihara orang-orang sederhana). Maka, kurang tepatlah kalau seminaris boleh membawa HP di dalam komunitas (seminari) karena itu tidak mencerminkan sikap hidup sederhana, apa adanya. Ada beberapa hal mengapa tidak diperbolehkan membawa HP. Pertama, karena tidak semua seminaris berasal dari keluarga yang mampu sehingga nanti muncul kesenjangan sosial, ada rasa iri hati atau minder. Kedua, dengan membawa HP membuat tidak fokus ke tugasnya sebagai seminaris, yakni belajar dan mengolah hidup panggilan, karena tiap harinya hanya berpikir untuk bermain HP atau sekedar ngirim-ngirim SMS. Ketiga, seminaris mempunyai waktu-waktu khusus untuk berinteraksi dengan orang tua atau teman-teman di luar seminari lewat jam bebas luar (jam dimana seminaris boleh keluar area seminari yang sifatnya rekreatif, biasanya hari sabtu (14.00-16.30) dan minggu (10.00-13.00) atau hari lain yang jadwalnya sudah diatur oleh staf formator) maka tidak tepat kalau ada yang membawa HP, apapun alasannya. Sanksi yang dikenakan terhitung sebagai sanksi sangat berat.

Seminaris sebagai calon imam tidak ketinggalan jaman seperti pandangan banyak orang, di dalam seminari juga masih dapat mengikuti trend yang ada di luar. Musik-musiknya up to date, film-film yang diputar di bioskop pun dapat dinikmati di seminari. Sarana komputer juga mendukung kegiatan seminaris dalam kefungsionarisan, dan salah bila Se-Gar hanya dilihat dari luarnya saja; sederhana, polos, ndheso, kathrok atau istilahnya, don’t judge the book from the cover, tapi coba lihat ke dalam dan nikmati suasana kebersamaannya. Semua teknologi tersebut merupakan sarana untuk mendukung seminaris supaya melakukan tugasnya dengan baik dan tetap memelihara sikap hidup sederhana. Trend sikap hidup sederhana (termasuk jujur) kapanpun dan dimanapun masih diperlukan, Yesus sendiri mengajak kita untuk menjadi sederhana, polos seperti seorang anak kecil.

Di sisi lain supaya jumlah seminaris bertambah banyak adalah dengan adanya publikasi/ sosialisasi (bisa berupa poster atau brosur). Banyak kaum muda katolik yang kurang tahu kapan dibukanya pendaftaran untuk menjadi Seminaris, dan kepada siapa akan bertanya. Dari sini perlunya publikasi/ sosialisasi pada umat bahwa untuk lebih lanjutnya silahkan bertanya ke pastor paroki masing-masing, selain itu perlu juga ditanamkan bahwa seminari adalah sekolah khusus untuk (siswa) cowok katolik yang berkeinginan untuk menjadi pemimpin, pemimpin ini tak lain adalah pemimpin Gereja, meskipun kenyataannya tidak semua seminaris menjadi Imam nantinya.

Masuk menjadi seminaris adalah merupakan panggilan dari pilihan hidup untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik, kaum muda sedikit yang memilih masuk seminari karena hanya dilihat dari satu sisi saja, sedangkan ada banyak sisi lain yang lebih menarik dengan masuk menjadi seminaris. 2000 tahun yang lalu Yesus berkata pada para murid “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Bdk. Mat 9:37-38). Di jaman ini tuaian semakin banyak; orang-orang lelah, miskin, terlantar, orang-orang patah semangat, butuh sahabat. Di jaman ini pula semakin banyak orang merindukan damai dan cerahnya masa depan, semakin banyak orang yang membutuhkan uluran tangan. Kata-kata Yesus ini masih tetap berkumandang menanti para pekerja bagi tuaian di masa depan, kata-kata ini setiap saat menantikan jawaban. Kata-kata inilah yang akan menggerakkan kaum muda untuk mau dan berani bekerja di ladang-Nya, Seminari Garum adalah salah satu tempat pembinaannya (selain novisiat/ postulat). Masih adakah kaum muda, para remaja yang tergerak hatinya untuk menjawab panggilan Yesus bekerja di ladang tuaian-Nya? Tidak tergerakkah anda untuk mengikutinya????
Teman-teman “Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN?”
(I Samuel 15:19)

No comments: